Rubrik Power of Mind Radar Bali : Berdamai Dengan Keadaan

Rubrik Power of Mind Radar Bali : Berdamai Dengan Keadaan

Edisi Minggu, 25 Oktober 2020


Kita pasti pernah merasakan sakit hati saat  mendapatkan perlakuan tidak baik oleh seseorang yang sudah kita beri kepercayaan, dan itu sudah banyak dialami orang, namun hanya sebagian saja yang bisa tetap legowo dan memaafkan ikhlas.

Jika kita introspeksi diri kita termasuk orang yang mana? Apakah yang lama memaafkan atau yang segera memaafkan? Jika ternyata Anda tipe yang lama untuk memaafkan seseorang, maka segera belajarlah untuk ikhlas dari sekarang.

Mulailah selalu berdamai pada keadaan, mulailah berdamai dengan hatimu, karena membenci bukan sebuah hal yang tepat untuk melupakan. Karena kita tidak akan pernah bisa melupakan, jika tidak mau belajar dengan keadaan.

Karena kalau kita tidak mau belajar untuk melupakan, maka kita hanya akan selalu ingat keburukannya, hanya rasa sakit hati yang mendalam jika terus mengingat keburukannya.

Sebetulnya semua bakal kembali baik-baik saja, semua bakal kembali lagi normal seperti ketika saat  tidak atau belum mengenalnya, jika kita sendiri sudah mengupayakan untuk ikhlas.

Tapi jika kita selalu mengingat hal-hal yang menyakitkan maka hidup kita akan bahagia karena akan terus dipenuhi dengan rasa kebencian yang mendalam yang tentunya sangat berdampak negative bagi kesehatan psikis yang nantinya juga akan menggerogoti fisik seseorang. Karena seperti yang kita ketahui keletihan psikis jauh lebih buruk untuk kesehatan disbanding dengan keletihan fisik. 

Kita harus benar-benar berlatih ikhlas dengan apa yang sudah terjadi, tak perlu menyesali berlebih apapun yang telah terjdi apa yang telah terjadi, karena seperti kita pahami bahwa sampai menangis berdarah pun masa lalu tak akan bisa kita perbaiki lagi. Tetapi dengan memperbaiki kondisi saat ini kita bisa merubah masa depan kita. 

Kita tak perlu membenci berlama-lama seseorang atau siapa pun yang telah menyakiti kita, yang kita benci adalah sikap atau perbuatan buruknya bukan orangnya. 

Demikian juga saat ternyata mimpi-mimpi kita ternyata mesti harus buyar berantakan karena ternyata tidak bisa berjalan dengan rencana, maka kita akan merasakan kecewa yang mendalam, hal itu sebetulnya manusiawi. Tetapi tentu kondisi itu tidak harus berlama-lama diratapi tanpa disikapi. 

Jika kita tahu bahwa kondisi tidak akan berubah, maka yang harus kita  ubah segera adalah cara pikir, cara menyikapi dan juga cara mencari solusi jalan keluar permasalahan. Hal ini bukan hanya terhadap permasalahan dengan orang lain tetapi juga menyikapi kondisi yang terjadi.

Manusia memang harus memiliki ambisi tetapi jangan ambisius, karena orang yang berlebih ambisi itulah sumber kekecewaan mendalam karena tidak mau menerima keadaan. Manusia hanya bisa berusaha seoptimal mungkin, tetapi hasil akhir Tuhan pemilik semesta lah yang punya kuasa. 

Maka dari itu, belajar untuk selalu memaafkan diri dan orang lain, belajarlah berdamai dengan keadaan, belajar berdamai dengan hati, karena damai itulah yang membuat hidup kita bahagia. 

Kondisi pandemi saat ini banyak membuat manusia lebih sensitif dan lemah padahal sebetulnya bukan yang kaya yang menang, bukan yang pintar yang menang, tetapi juga bukan pula yang kalah yang menang. Tetapi justru yang kuatlah yang menang. Kuat menghadapi situasi yang sulit dan mau berdamai menerima keadaan maka kita akan menjadi pemenang.