Rubrik Power of Mind Radar Bali : Mengalah Untuk Menang

Mengalah Untuk Menang - Radar Bali Jawa Pos - Santy Sastra Public Speaking - Rubrik The Power of Mind

Rubrik Power of Mind Radar Bali : Mengalah Untuk Menang

Edisi Minggu, 7 Februari 2021

Ditulis Oleh :

Santy Sastra (@santysastra)

Putu Suprapti Santy Sastra, SH., CHt., CI


Dalam kehidupan ini ada kalanya kita mengalami konflik dan ketidaksepahaman dengan orang lain. Hal ini bisa terjadi entah dalam hubungan keluarga ataupun hubungan pertemanan. Banyak yang memilih jalan untuk mengalah, karena untuk menghindari konflik.

Mengalah berarti membiarkan atau mengikhlaskan orang lain merasakan dirinya lebih hebat atau lebih pintar daripada kita. Dengan mengalah tak ada yang kurang dari diri kita. Mengalah demi kebaikan juga bukan berati kalah. Mengalah berarti mampu menaklukkan diri sendiri.

Perilaku seseorang yang mengalah demi kebaikan akan menghindarkan diri dari sifat egois dan sifat memihak atau tidak adil

Seseorang yang egois akan melakukan segala hal demi kepentingan diri sendiri. Seseorang yang egois rela melakukan kejahatan dan tidak mau mengalah walaupun ia salah. Sehingga sifat egois tergolong dalam golongan sifat tercela.

Tapi Sebetulnya mengalah itu baik jika hal itu mendatangkan kebaikan dan kebenaran. Karena memang prinsip dari mengalah itu adalah demi kebaikan dan kebenaran. Dan Sebagai manusia kita harus memperjuangkan kebaikan dan kebenaran. Oleh karena itu, saat kita memilih untuk mengalah maka dasarkanlah perbuatan itu pada kebaikan dan kebenaran.

Saat kita hendak mengalah, pastikan bahwa kita berada di pihak yang benar. Karena saat kita memilih untuk mengalah, itu mengandaikan bahwa kita berada pada pihak yang benar. Jika sebaliknya bukan mengalah yang sebenarnya kita lakukan tapi kalah. Kita kalah karena kita gagal memperjuangkan kebenaran dan kebaikan, dan untuk menutupi kekalahan tersebut kita memilih untuk mengalah.

Kita mesti mengalah untuk bisa mendatangkan kebaikan, karena saat kita memilih untuk mengalah maka kita harus memastikan bahwa itu akan mendatangkan kebaikan, baik itu bagi diri sendiri maupun bagi orang yang kepadanya kita mengalah. Misalnya, kita mengalah demi persahabatan, atau kita mengalah karena memang teman kita tersebut sedang membutuhkan dukungan yang lebih dari kita.

Namun jika karena mengalah teman kita itu semakin jahat maka kita salah jika harus memilih untuk mengalah. Sebenarnya bukan mengalah yang harus kita pilih tetapi menegurnya, walaupun hal itu akan mendatangkan konflik di antara kita. Namun adalah lebih baik berkonflik dari pada membiarkan teman kita itu semakin terperosok ke dalam jurang kehidupan. Kita berdosa jika membiarkan teman kita itu jatuh dalam dosa karena pada saat itu kita telah melanggar hukum cinta kasih.

Sesekali kita perlu bertanya pada diri sendiri, kita itu mengalah untuk apa? Untuk kebaikankah atau hanya ingin menghindari konflik karena kita takut untuk berkonflik? Jika memang kita mengalah hanya untuk menghindari konflik maka kita bersalah karena telah memilih untuk mengalah.

Konflik itu harus dihadapi bukan untuk dihindari. Konflik yang dihindari itu hanya akan menambah perbendaharaan konflik dalam diri kita dan jika ini yang kita alami kapan kita akan bahagia dalam hidup ini? Oleh karena itu, jangan takut untuk berkonflik meskipun itu harus terjadi di antara kita dengan sahabat dekat kita. Ingatlah, hidup tanpa konflik itu tidak menarik untuk dijalani dan konflik yang hadir dalam kehidupan itu sesungguhnya hanya akan mendewasakan kita.