Rubrik Power of Mind Radar Bali : Keluar dari Jebakan OverThinking

1 - Keluar dari Jebakan Overthinking - Rubrik Power of Mind - Santy Sastra - Radar Bali - Jawa Pos - Santy Sastra Public Speaking

 

Rubrik Power of Mind Radar Bali : Keluar dari Jebakan OverThinking

Edisi Minggu, 10 Desember 2023


Ditulis Oleh :

Santy Sastra (@santysastra)

Putu Suprapti Santy Sastra, SH., CHt., CI

Indonesia's Mindset Motivator


BERBAGAI peristiwa yang telah dan sedang  dialami atau bahkan yang belum terjadi pasti akan selalu menyita perhatian pikiran . Setiap individu akan mencoba memahaminya terlebih dahulu dalam ingatan, menimbang-nimbang, barulah memutuskan akan bertindak seperti apa. 

Cara berpikirnya pun tak selalu sama antara satu dengan yang lainnya, ada yang berpikir cepat hanya sepersekian detik saja, ada pula yang berpikirnya dengan banyak sekali pertimbangan. Memikirkan sesuatu secara terus-menerus bahkan juga masih memikirkan hal yang tidak terlalu penting bisa membuat seseorang overthinking.

Ada banyak hal yang selalu dipikirkan mulai dari masalah karir, pendidikan, percintaan, keluarga, ataupun pertemanan. Terkadang mungkin pernah merasakan kepusingan dengan pikiran sendiri, bingung harus berbuat apa, dan belum juga menemukan jalan keluar dari masalah. 

Pikiran-pikiran tersebut sering timbul dalam benak hingga dapat membuat diri ini dipenuhi rasa bimbang, cemas, khawatir, sedih juga amarah. Menurut Nareza (2020), proses berpikir yang berlebihan biasanya disebabkan oleh keresahan akan sesuatu, trauma yang belum terselesaikan, sedang menghadapi masalah besar, bahkan masalah yang awalnya sederhana bisa berubah menjadi masalah yang besar jika selalu berlebihan memikirkannya. 

Pikiran, suasana hati serta tingkah laku dapat saling mempengaruhi satu sama lain. Dalam teori kognitif Aaron Beck, pikiran yang tidak baik akan menimbulkan suasana hati atau emosi yang tidak baik juga serta bisa memperlihatkan perilaku yang tidak adaptif (Susana, 2015). 

Emosi negative berasal dari interpretasi pikiran  terhadap keadaan, namun kesalahan dalam penalaran mengarah pada asumsi yang salah atau Beck menyebutnya dengan istilah “distorsi kognitif”. Jika kesalahan berpikir ini dibiarkan saja bisa mempengaruhi kondisi emosi lalu termanifestasi dalam perilaku seseorang. 

Saat overthinking biasanya pikiran-pikiran negative yang mendominasi sehingga bisa membuat seseorang merasa resah, khawatir serta ketakutan. Overthinker atau orang yang selalu memikirkan sesuatu secara berlebihan biasanya cenderung ragu dalam mengambil keputusan karena ia akan selalu bimbang antara perasaan benar atau salah atas apa yang dilakukannya. Bila ia meyakini bahwa telah melakukan kesalahan maka ia akan merasakan penyesalan yang mendalam sehingga kepercayaan dirinya juga bisa berkurang.

Menurut Coleman (2015), terlalu banyak menganalisis bisa membuat kelelahan berpikir sehingga keputusan yang dibuat menjadi lamban. Beberapa penelitian menyatakan bahwa anxiety menjadi salah satu penyebab overthinking, hal ini sering terjadi pada malam hari karena saat malam hari kondisi tubuh sudah lelah dan negative sehingga overthinking juga dapat menganggu kualitas tidur seseorang karena saat diri seharusnya beristirahat tetapi ia tak juga lepas dari pikirannya. Overthinking bila terjadi dalam waktu yang lama bisa berefek buruk bagi kesehatan fisik maupun mental.

 Orang yang selalu overthinking cenderung mengalami emosi yang tidak stabil, membuat dirinya kelelahan karena terkuras dengan pemikirannya sendiri, serta menurunnya performa kinerja sehingga menghambat aktivitas lainnya. Overthinking juga bisa menganggu kesehatan fisik seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, darah tinggi sampai serangan jantung (Nareza, 2020). Jika overthinking dibiarkan maka akan menimbulkan stress hingga depresi yang menganggu kesehatan psikologis seseorang.

Salah satu cara yang bisa dilakukan agar lekas keluar dari jebakan overthinking adalah berkonsultasi dengan ahlinya seperti psikolog atau psikiater arau hipnoterapis untuk mendapatkan penanganan yang sesuai dengan keadaan . Para ahli psikologi dapat membantu menangani seseorang yang overthinking melalui terapi kognitif perilaku atau yang biasa disingkat dengan sebutan CBT (Cognitive Behavioral Therapy). 

Bila dilihat dari pendekatan perilaku, seseorang bertindak itu dipengaruhi oleh perasaan dan pikiran, namun dalam kognitif berpandangan bahwa perilaku dibentuk oleh cara berpikir. Penggunaan CBT membantu seseorang untuk mengubah cara berpikirnya serta menemukan cara yang tepat untuk menyelesaikan masalahnya (Adriansyah, Rahayu, & Prastika, 2015). Oleh karena itu prosedur yang digunakan dalam CBT adalah gabungan dari teknik kognitif therapy dengan behavior therapy.

Awalnya teori ini dinamakan Cognitive Theory (CT) lalu terjadi perubahan karena adanya perkembangan menjadi Cognitive Behavior Therapy (CBT). Teknik pendekatan kognitif dan teknik pendekatan behavioral saling melakukan proses penyesuaian sehingga tahapan yang ada dalam kedua terapi tersebut tergabung dalam metode CBT (Matson & Ollendick dalam Idat, 2011:3).

Kunci dari terapi ini adalah mengubah cara berpikir serta berperilaku yang awalnya negative menjadi lebih positif. Supaya overthinking tidak berlarut-larut maka yang harus dilakukan adalah dengan mengurai simpul pikiran serta emosi negative yang ada, karena orang yang memiliki emosi positif akan lebih kuat dalam menghadapi stress serta masalah lainnya dengan lebih baik .

Langkah selanjutnya yang perlu diingat adalah jangan membebani diri dengan pikiran yang tak perlu, tidak usahlah terlalu mengingat-ingat apa yang sudah berlalu terutama apalagi mengasumsikan sendiri hal-hal yang belum pasti terjadi. Kekhawatiran akan sesuatu adalah hal yang wajar namun jangan sampai kita berlebihan memikirkannya karena bisa berdampak negative. Jika pikiran kita disfungsional maka perasaan dan perilaku kita akan maladptif. Oleh karena itu cobalah untuk mengatur diri agar tak terlalu lama saat memikirkan sesuatu dan segeralah mengambil keputusan. Overthinking hanya membuang energi dan waktu saja, tidak akan dapat menyelesaikan masalah yang ada. Lebih baik mengalihkan fokus kita ke hal-hal yang lebih bermanfaat namun jika masih dirasa berat maka konsultasikan masalah kita ke psikolog agar bisa segera mendapatkan penanganan yang tepat.