Rubrik Power of Mind Radar Bali : Haruskah Balas Dendam?

3 - Haruskah Balas Dendam - Rubrik Power of Mind - Santy Sastra - Radar Bali - Jawa Pos - Santy Sastra Public Speaking


Rubrik Power of Mind Radar Bali : Haruskah Balas Dendam?

Edisi Minggu, 18 Februari 2024


Ditulis Oleh :

Santy Sastra (@santysastra)

Putu Suprapti Santy Sastra, SH., CHt., CI

Indonesia's Mindset Motivator


BALAS dendam merupakan sebuah aksi menyakiti sekaligus merugikan orang lain yang disebabkan karena perasaan kesal ingin membalas perilaku orang tertentu. Misalnya ketika  merasa dikhianati seseorang, rasanya ingin orang tersebut juga merasakan hal yang sama.

Memang benar adanya bahwa perilaku balas dendam adalah kekuatan internal dalam diri yang sesungguhnya harus diselidiki dan dimengerti lebih lanjut.

Mungkin manusia percaya bahwa dengan balas dendam, emosi bisa terlampiaskan dan perasaan menjadi lebih baik. Faktanya, dampak balas dendam justru terjadi sebaliknya

Setiap manusia memiliki naluri agar orang lain bisa merasakan hal yang sama dengan yang dirasakan. Begitu juga dengan balas dendam yang tidak dapat disangkal terkadang menguasai pikiran.

Para peneliti mengemukakan bahwa balas dendam merupakan bentuk perlindungan dan proses mencari keadilan untuk diri sendiri.

Cara yang dilakukan dengan membalas orang lain sebenarnya adalah bentuk dari self-destructive (merusak diri sendiri) karena membiarkan diri ini melakukan hal buruk dengan menjatuhkan orang lain. Menimbulkan efek ketidaknyamanan jangka panjang.

Para peneliti dari Swiss melakukan studi tentang apa yang terjadi pada otak manusia ketika ingin balas dendam. Hasil menunjukkan bahwa beberapa saat setelah melakukan balas dendam, secara alamiah otak kita terasa ‘ringan’ dengan masalah yang sedang dihadapi.

Namun, ternyata hal tersebut malah akan menuai perasaan yang tidak nyaman dalam jangka waktu yang panjang. Bukannya jutsru menenangkan pikiran, tetapi membuat siklus balas dendam terus berjalan.

Balas dendam sebenarnya identik dengan usaha untuk membuka kembali luka lama dan memupuk kembali emosi negatif.

Pribadi yang haus akan status, kekuatan, dan kepemilikan cenderung suka membalas dendam

Studi yang dilakukan psikolog bernama Ian McKee menunjukkan bahwa orang yang melakukan balas dendam biasanya mereka termotivasi untuk menguasai sesuatu. Mereka adalah orang-orang yang mencari status, wewenang, dan ingin mendominasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Gelfand-profesor psikologi di Universitas Maryland menunjukkan bahwa budaya kolektivis cenderung memiliki keinginan untuk balas dendam sebab balas dendam mudah menyebar ke orang lain. Sementara, budaya yang individualis tidak terlalu mementingkan keberadaan orang lain sehingga mereka cenderung tidak peduli.

Kemarahan, penyiksaan, dominasi yang ditunjukkan kepada orang lain semata-mata karena ingin membalas perilakunya merupakan ‘tabungan’ untuk merusak diri sendiri.

Balas dendam memang mudah dilakukan, tetapi dampak jangka panjangnya perlu diperhitungkan. Percayalah bahwa setiap manusia ingin bahagia dan bebas dari rasa benci.

Dendam itu menjadi energy besar, jika dikelola dengan pemikiran positive.