Rubrik Power of Mind Radar Bali : Meniru Tindakan Orang Lain adalah Hal yang Positive
Edisi Minggu, 23 Juni 2024
Ditulis Oleh :
Santy Sastra (@santysastra)
Putu Suprapti Santy Sastra, SH., CHt., CI
Indonesia's Mindset Motivator
SEBUAH studi yang dilakukan seorang peneliti asal Italia, Giacomo Rizzolatti, pada 1992, ditemukan adanya sel di dalam otak manusia yang sangat spesifik, yang disebut dengan "mirror neurons", yang dengan syaraf inilah seseorang dapat terdorong untuk meniru tindakan orang lain.
Contoh mudahnya, melihat orang lain menguap, maka seringkali akan terdorong ingin menguap juga. Atau jadi ingin membeli makanan tertentu setelah melihat orang lain menyantap makanan itu.
Proses syaraf ini berjalan secara otomatis dan tanpa disengaja. Mirror neurons juga membantu menjelaskan "bagaimana" dan "mengapa" seseorang dapat membaca pikiran orang lain dan berempati pada mereka.
Shahram Heshmat, seorang profesor emiritus University of Illinois memberi penjelasan lebih detail tentang cara kerja mirror neurons. Secara biologis, manusia meniru emosi orang lain yang ditampilkan melalui eskpresi wajah atau gerakan tubuh.
Saat melihatnya seseorang, maka menjadi bisa merasakan apa yang sesungguhnya seseorang rasakan. Melalui mirror neuron ini, otak berlatih melakukan tindakan yang diamati, seolah-olah melakukannya sendiri.
Dampak positif dari proses mirror neuron membantu seseorang berempati pada apa yang orang lain rasakan. Menjadikan punya "sense of similarity" yang memudahkan untuk berinteraksi lebih sering dengan orang lain, dan membantu menguatkan hubungan dengan orang-orang di sekitar .
Meniru dapat mendorong seseorang untuk melakukan dan memenuhi norma-norma atau kaidah-kaidah yang berlaku sehingga tercipta kondisi masyarakat yang harmonis, selaras, stabil, dan teratur. Misalnya, mengikuti gaya seorang penyanyi terkenal, meniru pola hidup sehat masyarakat lain, dan sebagainya.
Menurut Arina Restian dalam buku Pembelajaran Seni Tari di Indonesia dan Mancanegara (2017), meniru pertama kali muncul di lingkungan keluarga, tetangga, dan kemudian masyarakat. Faktor imitasi menjadi satu-satunya faktor yang mendasari proses interaksi sosial.
Adapun salah satu syarat terjadinya meniru adalah munculnya minat atau perhatian yang cukup besar terhadap sesuatu yang ingin ditiru. Minat tersebut bisa berupa kekaguman, rasa menghargai, menyukai, atau menjunjung tinggi nilai dari hal yang akan ditiru.
Apabila seseorang dibekali nilai dan kaidah yang baik, tentu akan meniru hal-hal yang baik dan bermanfaat bagi kehidupannya. Sebaliknya, seseorang yang tidak dibekali nilai dan kaidah yang baik akan meniru hal-hal tidak baik.
Selalu ada dampak positive dan negative dalam segala hal, tetapi pribadi yang positive selalu melakukan segala sesuatu untuk pengembangan diri nya menjadi lebih baik.
Karena dalam hidup jika ingin maju yang perlu dibandingkan sebetulnya bukan dengan orang lain. Tetapi yang perlu di bandingkan adalah diri sendiri pada masa lalu dengan diri kita yang sekarang.