Rubrik Power of Mind Radar Bali : Kebodohan Emosional

Santy Sastra Rubrik Power of Mind Radar Bali : Kebodohan Emosional


Rubrik Power of Mind Radar Bali : Kebodohan Emosional

Edisi Minggu, 26 Oktober 2025


Ditulis Oleh :

Santy Sastra (@santysastra)

Putu Suprapti Santy Sastra, SH., CHt., CI

Indonesia's Mindset Motivator


Kebodohan emosional adalah reaksi berlebihan terhadap emosi serta kurangnya kemampuan untuk mengelola dan memahami emosi diri sendiri maupun orang lain. Ini bukan tentang tidak memiliki emosi, melainkan tentang membiarkan emosi menguasai rasio sehingga menimbulkan perilaku impulsif dan menghambat pengambilan keputusan yang rasional.

Istilah orang bodoh secara emosional umumnya merujuk pada seseorang yang mudah terombang-ambing atau disesatkan oleh emosinya, yang sering kali merugikan penilaian dan keputusan yang diambilnya. Orang seperti ini mungkin bertindak impulsif berdasarkan perasaan alih-alih pemikiran rasional, yang akhirnya mengarah pada pilihan yang tidak menguntungkan. Frasa ini juga dapat menyiratkan kurangnya kecerdasan atau kesadaran emosional, sehingga individu tersebut kesulitan menavigasi situasi emosional secara efektif.

Mereka yang memiliki perasaan kuat dan mendalam sering kali disebut sebagai orang yang bodoh secara emosional. Hal ini karena kecenderungan mereka untuk merasakan secara intens dapat membuat mereka mudah terluka, merasa rentan, dan terjebak dalam situasi emosional yang sulit.

Kita semua pernah menjadi orang bodoh secara emosional pada suatu titik dalam hidup, dan kemungkinan besar akan mengalaminya lagi di masa depan. Tak seorang pun dapat sepenuhnya melarikan diri dari sisi emosionalnya.

Kita perlu belajar mengenali diri sendiri dan menciptakan keseimbangan. Terlalu banyak emosi dapat membawa kita pada masalah, bahkan bisa menimbulkan kerugian dalam berbagai bentuk — kita bisa ditipu, dimanipulasi, atau dieksploitasi.

Sebaliknya, terlalu mengandalkan rasionalitas yang kering dapat membuat hidup terasa hampa dan membosankan. Beberapa orang bahkan kehilangan makna hidup karena tidak mampu merasakan kehangatan emosional dalam kehidupan mereka.

Jika rasionalitas membuat hidup kehilangan emosi, maka kita tidak akan pernah benar-benar bisa mencium, memeluk, atau merasakan kasih sayang dari orang lain.

Hidup adalah perpaduan antara emosi, imajinasi, dan kecerdasan. Dari sinilah kita menemukan kegembiraan dan makna dalam hidup.

Menjadi sensitif secara emosional dalam sebuah hubungan sering kali disalahartikan sebagai bentuk kebodohan emosional. Padahal, orang yang sensitif secara emosional memang menghadapi kesulitan karena intensitas, frekuensi, dan durasi emosinya yang tinggi. Namun, dengan kesadaran diri, seseorang dapat mengenali polanya dan berusaha keluar dari lingkaran tersebut.

Untuk mengatasinya, seseorang perlu mengidentifikasi pemicu emosinya, mempelajari cara pengaturan emosi, dan menetapkan batasan yang sehat.

Beberapa cara untuk mengatasi kebodohan emosional antara lain:

  • Mengendalikan emosi melalui teknik pernapasan dan relaksasi.
  • Mengenali pemicu emosi untuk mengelola stres dengan lebih baik.
  • Mengubah pola pikir, misalnya dengan mempraktikkan pemikiran positif atau menafsirkan ulang kejadian secara konstruktif.
  • Mengembangkan diri melalui pembelajaran, memperluas wawasan, serta membandingkan informasi dari berbagai sumber kredibel untuk meningkatkan kebijaksanaan dan kecerdasan emosional.

Terbaru