Rubrik Power of Mind Radar Bali : Personal Brand & Personal Branding Gali Diri dan Raih Sukses di Era Teknologi Informasi


Rubrik Power of Mind Radar Bali : Personal Brand & Personal Branding Gali Diri dan Raih Sukses di Era Teknologi Informasi
Edisi Minggu, 26 Juli 2020

Apa yang terlintas di pikiran Anda ketika mendengar nama Indomie? Mungkin Anda termasuk salah satu dari sekian banyak orang Indonesia yang mengidentikkannya dengan mie instan. Bahkan jika produk tersebut berasal dari merk lain. Hal serupa juga terjadi pada merk kendaraan bermotor, Honda. Meski yang Anda kendarai adalah merk kendaraan lain, penyebutannya tetap Honda. 

Dua brand ini, yakni Indomie dan Honda tidak serta merta ada, melainkan lahir melalui proses branding. Jika ingin merk milik bisnis Anda dikenal seperti contoh di atas, Anda harus membangun citra positif merk dengan cara yang tepat. Hukum ini juga berlaku jika Anda ingin dikenal layaknya Ir. Soekarno, Megawati Soekarno Putri, Prabowo Subianto, Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok, Najwa Shihab, Syahrini, Krisdayanti, Mulan Jamela, Agnes Monica, Hotman Paris Hutapea, dan sederet tokoh lainnya.   

“Jeff Bezos, CEO dari Amazon mengatakan bahwa branding adalah apa yang orang katakan tentang Anda ketika Anda tidak ada di ruangan itu. Semua orang memiliki persnonal brand, baik apakah Anda sengaja membangunnya atau tidak karena ada saatnya orang-orang akan membicarakan Anda,” ucap Putu Suprapti Santy Sastra, SH, CHt, CI, Sabtu (25/7).   

Indonesia’s Mindset Motivator and Trainer sekaligus praktisi hipnoterapi dan public speaking itu mengungkap strategi membangun personal brand dimulai dengan cara sederhana. “Mulailah dengan menceritakan kisah Anda. Siapa Anda? Passion, kepribadian, apa yang paling Anda hargai. Mission statement. Apa yang ingin Anda capai dan mengapa Anda ingin mencapainya? Kata-kata apa yang ingin Anda dengar ketika nama Anda disebut?” ungkap Inspiring Women of The Year 2019 itu. 

Di era teknologi informasi, personal branding bisa dimiliki melalui elemen yang konsisten. Baik itu melalui website, logo dan header blog, konten social media, business card, dan hal-hal lain yan berhubungan dengan brand Anda. Pemanfaatan sosial media merupakan salah satu cara untuk berkomunikasi dan berinteraksi langsung dengan audiens. 

Setelah membangun profil, Santy Sastra menyebut seseorang yang berjuang membangun brand harus mencari di mana audiens-nya. Sekaligus memilah dan mengetahui jenis bacaan yang mereka sering simak dan akses. “Sosial media apa yang sering mereka akses dan gunakan? Dari situ Anda bisa menemukan dan mengerti tentang komunikasi Anda. Setelah itu Anda juga bisa membuat konten yang sesuai dengan apa yang audiens Anda inginkan dan butuhkan,” bebernya.

Lebih lanjut, tantangan yang dihadapi seseorang yang sedang membangun brand adalah mempertahankan audiens alias membuat audiens Anda tetap menikmati semua konten yang disajikan. Sekaligus memastikan bahwa apa yang Anda tawarkan kepada mereka membuatnya merasa terlibat dan terbantu. Ini adalah tugas yang lumayan berat dan harus Anda hadapi, yakni memikirkan konten seperti apa yang paling audiens minati. Buatlah konten tersebut untuk mereka. 

“Suatu hal yang harus diingat adalah bahwa website dan sosial media Anda akan menjadi tempat pertama di mana orang-orang mengenal Anda. Pastikan bahwa pesan yang ingin Anda sampaikan sudah sesuai dengan audiens yang Anda targetkan. Tunjukkan bahwa Anda peduli dengan audiens Anda dan website Anda tidak hanya menjadi tempat untuk Anda memamerkan keahlian Anda,” tegasnya. 

Lebih jauh, Santy Sastra mengajak tiap personal mengatur strategi konten marketing. Konten marketing, jelasnya merupakan elemen paling penting dalam membangun personal brand. Di dunia online, konten adalah nyawa; adalah hal terpenting. Konten dimaksud tidak terbatas hanya sekadar blog post, tetapi bisa juga dalam bentuk video, podcast, atau bahkan post di akun sosial media. Yang terpenting di sini adalah di setiap post Anda harus ada sebuah value atau nilai untuk audiens.

Untuk membuat konten yang baik, Anda harus memulai dengan objektif. Apa yang ingin Anda sampaikan pada audiens Anda? Apa yang ingin Anda ambil dari konten Anda? Jelas Santy Sastra sebuah konten harus bisa menawarkan sesuatu kepada audiens dan tidak harus selalu memiliki topik yang orisinil. “Tidak ada salahnya Anda membuat konten tentang sebuah topik yang sudah sering dibahas. Namun, penyampaiannya dengan suara dan opini yang khas dan mewakili diri Anda sendiri. Hal ini bisa membantu Anda mendapatkan audiens baru lagi dan lagi,” tegasnya.
 
Ditambahkan Santy Sastra, ada tiga hal dasar karakteristik personal branding menurut Mc Nally dan Speak (2004) yang harus diperhatikan dalam merancang personal brand kuat, yakni ciri khas, relevan, dan konsisten. (ken)