Rubrik Power of Mind Radar Bali : Kehilangan Orang Yang Kita Cintai

Kehilangan Orang yang Kita Cintai Slide34- Radar Bali Jawa Pos - Santy Sastra Public Speaking - Rubrik The Power of Mind


Banyak orang seringkali merasakan kepahitan, kesedihan hingga ketidakberdayaan ketika harus kehilangan orang yang ia sayang. Siapa pun itu, bisa orangtua, kekasih, sahabat, guru, apalagi pasangan hidup. Ketika kita memiliki rasa sayang terhadap mereka, rasanya sulit sekali jika mereka harus hilang dari hidup kita.

Jangan paksa diri bersikap “biasa saja” setelah kehilangan orang yang disayangi. Ada tahapan tertentu yang harus dilalui sebelum perasaan kembali normal. Membutuhkan proses untuk bisa berdamai dengan rasa kehilangan itu.

Kita pasti sering mendengar kata-kata "setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan”. Jika kita memiliki orang yang kita sayang baik itu keluarga, sahabat atau kekasih ataupun pasangan hidup dan sekarang berada pada titik dimana  harus kehilangan mereka, maka past akan merasakan kesedihan yang mendalam.

Mengalami kehilangan memang bukanlah hal yang mudah. Kesedihan akan menghampiri saat orang yang kita cintai pergi dari hidup kita. Orang-orang yang biasa bersama dan mengiringi kita tiba-tiba pergi meninggalkan kita.

Perasaan itu memang hal yang rumit. Susah sebenarnya untuk mengatakan wajar atau tidak, apalagi bila itu soal perasaan sedih. Yang jelas, semakin dekat kita dengan orang yang pergi, semakin besar rasa sedih yang dirasakan.

Tak ada cara spesifik untuk menghilangkan rasa sedih karena kehilangan. Akan kurang bijaksana bila memaksakan seseorang, bahkan diri sendiri, untuk langsung bersikap “baik-baik saja”. Semua orang membutuhkan proses – proses penyesuaian bahwa dirinya mau tak mau harus terbiasa hidup tanpa orang tersebut.

Lamanya proses itu tergantung pada tiap individu. Ada yang cepat, ada yang lama. Ada yang bisa bertahan sendiri, ada pula yang membutuhkan bantuan.

Untuk sampai ke tahap yang benar baik-baik saja, setidaknya manusia butuh melalui tahapan-tahapan menurut teori yang dikembangkan oleh psikiater Elisabeth Kubler-Ross. 

Ketika kita menghadapi kehilangan, kita akan berusaha untuk bertahan dari rasa sakit emosional dengan cara menolak menerima kenyataan. Ini kerap terjadi pada orang yang ditinggal pergi secara tiba-tiba.

Penyangkalan memang bisa membuat orang yang ditinggalkan menjadi lebih “nyaman”, tetapi tidak bagi orang-orang di sekitarnya. Dan terkadang karena terus mendapatkan penyadaran, orang terdekat yang ditinggalkan biasanya akan marah. Ia marah karena orang lain berusaha memisahkan dunianya.

Selain itu, rasa marah juga bisa terjadi akibat kewalahan memproses sesuatu pasca ditinggal. Yang biasanya dilakukan bersama-sama, kini harus sendiri. Otak, tubuh, dan perasaan butuh waktu untuk menyesuaikan itu semua.

Yang penting, orang yang ditinggalkan cepat atau lambat harus berada di tahap penerimaan, apapun proses healing yang dihadapi sebelumnya.Kalau kehilangan orang yang disayang sampai membuat tertekan, sulit tidur, hingga muncul keinginan untuk ‘menyusul’ alias bunuh diri, jangan ragu untuk meminta bantuan Hipnoterapis.