Rubrik Power of Mind Radar Bali : Lelah Menghadapi Toxic People

3. Lelah Menghadapi Toxic People - Radar Bali Jawa Pos - Santy Sastra Public Speaking - Rubrik The Power of Mind


Rubrik Power of Mind Radar Bali : Lelah Menghadapi Toxic People

Edisi Minggu, 21 Maret 2021


Ditulis Oleh :

Santy Sastra (@santysastra)

Putu Suprapti Santy Sastra, SH., CHt., CI

Indonesia's Mindset Motivator


Toxic people atau orang yang beracun sering terdengar akhir-akhir ini. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan seseorang yang dapat menimbulkan banyak stres bagi dirinya sendiri dan orang di sekitarnya karena mereka bisa melukai secara emosional atau bahkan fisik.

Sebenarnya mereka tidak dianggap memiliki gangguan mental. Akan tetapi bisa jadi ada masalah mental yang mendasari yang menyebabkan seseorang bertindak dengan cara yang beracun, termasuk gangguan kepribadian.

Toxic people adalah istilah untuk seseorang yang 'beracun' atau sifat pribadi yang suka menyusahkan dan merugikan orang lain, baik itu secara fisik atau emosional. Seseorang dianggap toxic saat ia menebarkan sesuatu yang negatif ke lingkungan sekitarnya. Bisa ditemukan melalui media sosial, dan  di dunia nyatapun  juga banyak.

Biasanya, kriteria toxic people ini adalah orang-orang yang sangat sulit merasakan kebahagiaan. Hidupnya dibayang-bayang rasa tidak puas, sering mengeluh, dan merasa resah.

Mungkin secara tak sadar kita pernah berada di dalam lingkungan yang penuh dengan toxic people alias teman-teman yang 'beracun'. Biasanya, tipe-tipe orang ini suka bersikap egois dan hanya berteman untuk kepentingan pribadinya. 

Orang yang mau senangnya saja  termasuk toxic people. Mereka tidak akan ada saat temannya membutuhkan. Jika mereka membantu, maka kebaikan yang mereka lakukan akan harus terus dibahas.

Dalam hubungan pertemanan yang sehat, sikap empati dan simpati akan sangat penting untuk dilakukan. Namun, sekali lagi toxic adalah suatu kepribadian yang membuat orang akan enggan memiliki rasa empati dan simpati. Contohnya saat ada teman sedang dalam masalah, bukan mendukung dan menghibur, mereka justru sibuk menghakimi atau menyalahkan. Sikap seperti ini menunjukkan ciri-ciri orang 'beracun.'

Selain menyebalkan dan merugikan, toxic people tidak bisa minta maaf, meski mereka sudah jelas-jelas salah. Mereka akan menganggap kesalahan mereka itu disebabkan oleh orang lain.

Sebagai intropeksi diri coba  diingat-ingat semua kejadian yang dialami. Seberapa sering kita minta maaf pada orang lain ketika melakukan kesalahan? Bila sering dan pernah kita bukan termasuk toxic people.

Orang-orang toxic akan mudah dikenali dengan perkataannya yang tidak konsisten. Padahal, sebuah konsistensi akan sangat diperlukan dalam hubungan. Jika seseorang memiliki konsistensi, orang tersebut dinilai akan dapat memenuhi perkataannya dan dapat menepatinya.

Sikap menyebalkan lainnya dari toxic people adalah sikap yang suka mengontrol dan memanipulasi orang lain. Mereka akan membuat orang lain melakukan apa yang mereka inginkan. Mereka akan menggunakan orang lain untuk mencapai tujuan mereka.

Mereka juga tidak ragu untuk berbohong dan berkelit dengan sejuta alasan bila kebohongannya terkuak. Merasa paling benar dan paling hebat sering disebut dengan Thanos Syndrome atau sindrom Thanos yang biasanya dimiliki oleh orang-orang yang berkepribadian toxic. Sindrom Thanos adalah perasaan paling hebat dan paling benar. Merasa dirinya sudah melakukan yang terbaik. Seringkali mengira semua hal akan berantakan dan berjalan tidak mulus jika dirinya tidak ada.

Apa pun kesuksesan atau keberhasilan orang lain, toxic people akan selalu menyangkal. Ketika dia tahu ada orang di dekatnya berhasil dan mendapat suatu pencapaian, dia secara tidak langsung akan membanding-bandingkan secara negatif dengan dirinya sendiri, atau bahkan menjatuhkan.

“ Jika bersamanya membuat dirimu menjadi lebih baik maka lanjutkan kebersamaan itu, tapi jika ternyata bersamanya justru lebih banyak drama kesedihan dan energi negative yang kau terima, maka ikhlaskan dengan sungguh-sungguh untuk melepaskannya”.