Rubrik Power of Mind Radar Bali : Mengejar Empati yang Hilang

2 - Mengejar Empati yang hilang - Rubrik Power of Mind - Santy Sastra - Radar Bali - Jawa Pos - Santy Sastra Public Speaking

Rubrik Power of Mind Radar Bali : Mengejar Empati yang Hilang

Edisi Minggu, 13 Juni 2021


Ditulis Oleh :

Santy Sastra (@santysastra)

Putu Suprapti Santy Sastra, SH., CHt., CI

Indonesia's Mindset Motivator


Empati adalah kemampuan untuk memahami apa yang dirasakan orang lain, melihat dari sudut pandang orang tersebut, dan juga membayangkan diri sendiri berada pada posisi orang tersebut. Empati memainkan peran penting dalam membangun dan menjaga hubungan antara sesama manusia.

Manusia sudah mulai menunjukkan tanda-tanda empati sejak bayi dan akan semakin berkembang selama masa anak-anak dan remaja. Namun, tingkat empati seseorang bisa saja berbeda dengan orang lainnya. Ada orang yang mudah untuk berempati, ada pula yang sulit untuk melakukan hal tersebut.

Perbedaan tingkat empati ini bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain lingkungan sosial di masa kecil ataupun sekarang, cara pandang terhadap sesuatu, pola asuh orang tua, pengalaman masa lalu, dan harapan-harapan yang dimiliki.

Edward Bradford Titchener, seorang psikolog dari Inggris, adalah sosok yang memperkenalkan konsep empati pada tahun 1909, sebagai terjemahan dari kata bahasa Jerman Einfuhlung yang berarti ‘memasuki perasaan orang lain’

Daniel Goleman dalam bukunya Emotional Intelligence menyatakan bahwa pada dasarnya empati adalah kemampuan untuk mengerti emosi-emosi yang dirasakan oleh orang lain. Goleman juga mencatat bahwa ada tingkatan yang lebih dalam mengenai pengertian, pendefinisian dan reaksi terhadap kepedulian serta kebutuhan yang mendasari reaksi serta respon emosional lainnya.

Masalah dalam hubungan manusia yang terjadi di dunia ini, semua terjadi karena tidak adanya rasa empati. Kita terjebak dalam “keakuan” yang menganggap bahwa diri kita lebih benar dibandingkan orang lain. Akhirnya kita menjadi manusia yang penuh dengan ego.

Memiliki rasa empati yang tinggi membawa banyak manfaat, tidak hanya bagi diri sendiri, tapi juga bagi orang lain. Karena empati merupakan sebuah kemampuan, maka kita bisa membentuk atau memperkuatnya dengan banyak berlatih untuk menumbuhkan dan memperkuat rasa empati:

Cara yang mudah dan bisa kita lakukan adalah dengan memperbanyak bergaul dengan orang yang memiliki latar belakang berbeda, dan saat berkomunikasi dengan orang lain, perhatikan bahasa tubuh dan bentuk komunikasi nonverbal lainnya, terutama ekspressi wajah untuk mengukur kondisi psikiologis lawan bicara.

Milikilah ketrampilan untuk mendengarkan orang lain sebaik mungkin, tanpa menyela. Meskipun kita tahu kalau kemampuan mendengarkan itu ternyata lebih sulit daripada ketrampilan berbicara.

Dan yang tak kalah pentingnya cobalah untuk memahami orang lain, walau  sebenarnya kita tidak setuju atau tidak sependapat dengannya.

Menumbuhkan dan memperkuat rasa empati memang tidak bisa dilakukan secara instan. Namun, dengan terus melakukan cara-cara di atas setiap hari. Seiring berjalannya waktu, rasa empati  akan terasah dan akan segera merasakan manfaatnya, terutama di kehidupan sosial .

Cara-cara di atas bisa saja dilakukan tanpa membuahkan empati, karena mempraktikkannya juga mungkin sulit untuk beberapa orang. Apalagi bagi mereka yang memiliki dominan lapisan otak kiri, karena hanya mereka yang memiliki Genetic Inteligence Feeling yang memiliki rasa empati yang tinggi.  Jika Anda merasa hal ini menyebabkan hambatan pada kehidupan sehari-hari, jangan ragu untuk berkonsultasi pada hipnoterapis  guna mendapatkan solusi yang tepat.