Rubrik Power of Mind Radar Bali : Ketika Orang Lain Menyakiti Kita

1 - Ketika Orang Lain Menyakiti Kita - Rubrik Power of Mind - Santy Sastra - Radar Bali - Jawa Pos - Santy Sastra Public Speaking

Rubrik Power of Mind Rdar Bali : Ketika Orang Lain  Menyakiti Kita

Edisi Minggu, 6 Juni 2021


Ditulis Oleh :

Santy Sastra (@santysastra)

Putu Suprapti Santy Sastra, SH., CHt., CI

Indonesia's Mindset Motivator


Biasanya, akan sulit bagi kita untuk tetap bersikap baik kepada orang yang telah menyakiti. Yang rata-rata terjadi adalah, orang membalas perlakuan menyakitkan yang diterimanya.

Perbuatan membalas dendam bukanlah pilihan baik. Tak peduli berapa dalam sakit yang  dirasakan, jangan .pernah berusaha membalas. Karena dengan membalas, itu menunjukkan diri  sama buruknya dengan dia. Perbuatan membalas pun akan menimbulkan perasaan bersalah dan memunculkan masalah baru. Mengutip ucapan Henry James, "Tiga hal penting dalam hidup: jadilah orang baik, jadilah orang baik, dan jadilah orang baik.

Menunjukkan sebagai orang yang baik tanpa perlu bersusah payah show off di depan publik, hanya dengan tidak membalas orang yang telah menyakiti, itu membuktikan kita adalah pribadi yang baik dan cerdas. Orang di sekitar akan menilai kita adalah  sosok cerdas dan kuat yang dapat menghadapi situasi sulit. Tetaplah bersikap baik kepada mereka yang berkali-kali menyakiti hati  dan biarkan sikap  ini menginspirasi orang lain.

Alasan lain untuk lebih ramah terhadap orang yang menyakiti adalah karena dapat melunakkan sikap terhadap mereka. Tentu, kita dapat merespons buruk terhadap mereka, tapi ini hanya akan membuat situasi semakin buruk. Bersikap ramah adalah cara cerdas untuk menanggapi mereka. Dengan cara ini,  akan mengurangi kebencian terhadap mereka. Sebenarnya, kasihan  orang yang menyakiti  karena mereka sengsara akibat hatinya penuh kebencian.

Jika kita bersikap baik kepada orang-orang yang telah menyakiti, kita tidak akan sengsara karena memendam perasaan bersalah. Berlaku kasar terhadap mereka akan menimbulkan dua hal, sengsara karena mereka telah menyakiti  dan kita merasa bersalah karena bersikap kasar kepada mereka. Cara terbaik untuk menanggapi mereka adalah dengan tersenyum dan bersikap baik.

Saat ramah terhadap mereka yang telah menyakiti, kita akan merasa diri sebagai orang baik, sekaligus menyadari bahwa kita lebih baik daripada orang itu. Perilaku kasar tidak akan membuat perasaan lebih baik, tetapi justru memberi contoh kepada orang lain dengan bersikap ramah terhadap orang-orang yang telah menyakiti , dan lihatlah semua orang akan menghargai diri kita.

 Rasanya puas jika bisa membalas perlakuan orang yang telah menyakiti. Tapi ada cara yang lebih manjur untuk "membunuh" orang yang pernah menyakiti, yaitu dengan menebar kebaikan daripada balik menyakiti mereka. Bukan tak mungkin, kebaikan justru akan membuat mereka mengakui kesalahan dan meminta maaf. Bahkan jika mereka tidak mengakui kesalahan, kebaikan kita akan membuat mereka "gila" dan mereka akan meninggalkan kita karena malu. 

Memang, tak mudah bersikap baik dan ramah terhadap orang-orang yang pernah menyakiti. Butuh kebesaran jiwa dan lapang dada. Ini adalah tugas yang menantang, tapi cobalah untuk tidak menyakiti siapa pun sebagai bentuk balas dendam. Banyak orang berpikir bahwa kebaikan adalah tanda kelemahan, tapi itu tidak benar. Kahlil Gibran mengatakan, "Kelembutan dan kebaikan bukanlah tanda-tanda kelemahan dan putus asa, tetapi manifestasi dari kekuatan dan resolusi."

Jika  tidak mampu melakukan hal hal diatas maka jalan lain yang harus ditempuh adalah dengan hipnoterapi  agar tidak menjadi sakit psikis dikemudian hari.