Rubrik Power of Mind Radar Bali : Hempaskan Silent Treatment Dengan Kecerdasan Emosi

3 - hempaskan silent treatment dengan kecerdasan emosi -  Rubrik Power of Mind - Santy Sastra - Radar Bali - Jawa Pos - Santy Sastra Public Speaking

Rubrik Power of Mind Radar Bali : Hempaskan  Silent Treatment Dengan Kecerdasan Emosi

Edisi Minggu, 15 Mei 2022


Ditulis Oleh :

Santy Sastra (@santysastra)

Putu Suprapti Santy Sastra, SH., CHt., CI

Indonesia's Mindset Motivator


SILENT  treatment merupakan tindakan mengabaikan pasangan atau orang terdekat. Meskipun sedikit meredam emosi, tetapi ternyata tindakan silent treatment ini memberikan dampak buruk jika dilakukan terus menerus.

Ketika mengalami konflik dengan seseorang, beberapa orang mungkin lebih memilih untuk diam serta menghindar dan memutus komunikasi dalam beberapa waktu. Sikap ini adalah bentuk dari silent treatment.

Orang yang melakukan silent treatment, kemungkinan besar adalah tidak terbiasa untuk mengekspresikan perasaan sedihnya. Atau  mungkin juga karena tak biasa mengungkapkan apa yang diinginkan.

Cara yang dilakukan biasanya adalah dengan mendiamkan orang tersebut hingga mengabaikan keberadaannya sehingga komunikasi tidak bisa terjadi.

Istilah silent treatment  pertama kali digunakan pada abad ke 19 dalam penjara yang cukup modern. Istiilah ini merujuk pada hukuman yang berlaku di penjara bagi para napinya.

Dimana para napi dilarang untuk berbicara, memanggil nama dan bahkan wajah mereka akan ditutupi  sehingga tidak dapat melihat satu dengan lainnya.

Kini silent treatment sudah banyak digunakan dalam berbagai aspek hubungan komunikasi. Salah satunya adalah dalam hubungan social.

Alasan seseorang melakukan silent treatment i cukup beragam. Seperti salah satunya yang dilansir dari laman Medical News Today, adalah untuk menjauhi komunikasi.

Biasanya orang orang tersebut juga cenderung untuk menghindari konflik yang bisa terjadi dalam komunikasi.

Selain itu  silent treatment juga kerap digunakan sebagai bentuk hukuman terhadap seseorang dengan cara mendiamkan.

Hal tersebut digunakan untuk menunjukkan power dan kontrol terhadap orang lain yang termasuk sebagai tindakan kekerasan emosi atau emotional abuse.

Untuk menghadapi suituasi tersebut, disarankan untuk menggunakan cara kecerdasan emosional.

Mengungkapkan keinginan untuk memperbaiki keadaan secara halus dan perlahan perlu untuk digunakan.

Perlunya meminta maaf juga disarankan ketika alasan seseorang melakukan hal tersebut adalah karena sebuah kesalahan yang telah dibuat.

Untuk menghadapi situasi ini disarankan untuk tidak menggunakan perasaan secara personal maupun rasa marah. Ancaman  pun  tidak disarankan untuk dilakukan saat berada pada situasi ini.

Jika tidak tertanggulangi jangan ragu untuk mendatangi hipnoterapis untuk mendapatkan solusi lewat pikiran bawah sadar yang telah teruji mampu menetralkan emosi berlebihan.(***)