Rubrik Power of Mind Radar Bali : Bahaya Self Bullying pada Diri Sendiri

Rubrik Power of Mind Radar Bali : Bahaya Self Bullying pada Diri Sendiri


Rubrik Power of Mind Radar Bali : Bahaya Self Bullying pada Diri Sendiri

Edisi Minggu, 16 November 2025


Ditulis Oleh :

Santy Sastra (@santysastra)

Putu Suprapti Santy Sastra, SH., CHt., CI

Indonesia's Mindset Motivator


SELF bullying, atau perundungan pada diri sendiri, bisa sama berbahayanya dengan perundungan yang dilakukan oleh orang lain.

Self-bullying adalah tindakan di mana seseorang merendahkan dirinya sendiri, baik secara verbal maupun mental. Bisa mencakup pikiran negatif, kritik yang tidak beralasan, dan perasaan tidak layak. Self-bullying sering kali dipicu oleh tekanan dari lingkungan sosial, seperti perbandingan dengan teman sebaya, pengaruh media sosial, dan harapan yang tidak realistis.

Self-bullying mengacu pada pola pikir negatif yang berulang di mana individu berperilaku kritis terhadap diri sendiri, sering kali memicu perasaan rendah diri, stres, dan kecemasan.

Semua manuisa memiliki suara hati (inner voice) yang bisa menjadi musuh ataupun kawan. Saat menjadi musuh, suara hati  akan terus-menerus mengkritik, menekan, menyudutkan. Meski sepertinya tak mungkin untuk benar-benar menghilangkan suara hati semacam itu, tapi kita tetap dapat meminimalkannya. 

Ciri khas dari self bullying adalah sering menindas diri sendiri dengan pikiran-pikiran negatif tak berkesudahan. Bukannya memicu seseorang untuk lebih baik, self bullying malah akan menghentikan langkah-langkah penuh optimisme dan justru menghilangkan kepercayaan diri.

Sering  mengambil kesimpulan bahwa diri ini tak bisa apa-apa, misalnya, malah dapat menciptakan sugesti bahwa diri kita memang begitu adanya.

Merujuk pada Psychology Today dan Huffington Post, sebetulnya kita dapat menghentikan kebiasaan merundung diri sendiri atau self bullying dengan cara menyadari bahwa tindakan itu adalah self bullying. Biarkan diri  mengetahui dan memahami apa rasanya merundung diri sendiri. Catat atau ingat bagaimana hal tersebut membuat diri kita jatuh dan terpuruk.

Jika  sudah menyadarinya, kembalikan fokus perlahan-lahan. Apabila merasa kesulitan, bayangkan keluarga atau teman-teman  dalam pikiran kita. Mereka semua menyayangi dan memperlakukan kita dengan positif. Mereka tidak akan mengkritik keras  karena menerima diri kita seutuhnya, tentu dengan kacamata yang baik.

Cara ini akan membuat diri kita memahami dampak dari terlalu mengkritik dari diri sendiri serta mencoba mempertanyakan mengapa  melakukan itu kepada diri sendiri. Ingatlah bahwa untuk sepenuhnya bahagia, kita harus menerima dengan positif segala hal yang telah kita  alami, baik itu yang menyenangkan dan tidak menyenangkan.

Langkah selanjutnya adalah mengetahui bahwa Anda tidak sendiri yang mengalami hal ini. Merasa gagal, membuat kesalahan, mengalami kemerosotan dalam hidup, itu adalah bagian dari pengalaman manusia. Anda tentu saja bukan satu-satunya yang merasakan itu semua. Lebih jauh, hidup tanpa kegagalan dan kesalahan mungkin akan terasa hambar dan tidak membuat Anda tumbuh lebih baik.

Terlalu keras mengkritik diri, menghakimi, dan menyudutkan diri sendiri merupakan bagian dari merundung diri sendiri atau self bullying. Hal ini harus menjadi perhatian bagi setiap orang, baik itu remaja dan orang dewasa.

Jika Anda memiliki masalah yang tampaknya tak bisa diselesaikan sendiri, jangan segan untuk membicarakan dengan orang terdekat yang dipercaya atau menghubungi tenaga professional , agar bisa ditangani dengan baik dan tak berujung pada hal-hal yang lebih buruk lagi.