Rubrik Power of Mind Radar Bali : Toxic Positivity dan Pikiran Positif yang Tidak Baik untuk Kesehatan

2 - toxic positivity dan pikiran positif tidak baik untuk kesehatan  - Rubrik Power of Mind - Santy Sastra - Radar Bali - Jawa Pos - Santy Sastra Public Speaking

Rubrik Power of Mind Radar Bali : Toxic Positivity dan  Pikiran Positif yang Tidak Baik untuk Kesehatan

Edisi Minggu, 9 Oktober 2022


Ditulis Oleh :

Santy Sastra (@santysastra)

Putu Suprapti Santy Sastra, SH., CHt., CI

Indonesia's Mindset Motivator


TOXIC positivity adalah kondisi ketika seseorang menuntut dirinya sendiri atau orang lain untuk selalu berpikir dan bersikap positif serta menolak emosi negatif.

Melihat suatu hal dengan positif memang baik, tapi jika dibarengi dengan menghindari emosi negatif, hal ini justru dapat berdampak buruk bagi kesehatan mental.

Seseorang yang terjebak dalam toxic positivity akan terus berusaha menghindari emosi negatif, seperti sedih, marah, atau kecewa, dari suatu hal yang terjadi. Padahal, emosi negatif juga penting untuk dirasakan dan diekspresikan.

Penyangkalan emosi negatif yang terus dilakukan dalam jangka panjang bisa menimbulkan berbagai masalah kesehatan mental, seperti stres berat, cemas atau sedih yang berkepanjangan, gangguan tidur, penyalahgunaan obat terlarang, depresi,dll.

Toxic positivity umumnya muncul melalui ucapan. Orang yang memiliki pemikiran yang demikian mungkin bisa sering melontarkan petuah yang terkesan positif, tapi sebenarnya merasakan emosi yang negatif.

Media sosial juga dapat memicu toxic positivity membuat tiap orang berlomba-lomba untuk menunjukkan sisi terbaik dari kehidupan masing-masing.

Bahkan, ketika sedang merasa sangat sedih sekali pun, sebisa mungkin untuk menutupinya dari media sosial. Hal ini membuat diri menolak segala emosi negatif karena ingin selalu terlihat sempurna, seperti dunia yang ditampakkan di media sosial.

Agar terhindar dari toxic positivity dan dampak buruknya, serta tidak menjadi sumber toxic positivity bagi orang lain, rasakan dan kelola emosi negative.

Emosi negatif yang sedang dirasakan bukanlah hal yang perlu disimpan atau disangkal. Perasaan dan emosi, baik yang negatif maupun positif, merupakan hal yang normal dirasakan oleh seseorang.

Perasaan negatif yang dirasakan bisa muncul karena berbagai pencetus, mulai dari stres karena pekerjaan, masalah keluarga atau finansial, hingga gejala gangguan mental tertentu, seperti gangguan mood.

Berusaha memahami perasaan tersebut dan temukan cara yang tepat untuk melepaskannya.

Setiap orang memiliki tantangan dan masalahnya masing-masing. Apa yang dianggap mudah dan sulit itu tentunya berbeda dengan orang lain.

Maka dari itu, tidak adil rasanya jika membandingkan masalah yang dialami dengan masalah orang lain. Daripada membandingkan diri sendiri dengan orang lain, lebih baik berusaha memahami dan menghibur diri agar kondisi dan perasaan kembali pulih.

Ingatlah bahwa tidak apa-apa untuk merasa tidak baik-baik saja. TIDAK PERLU  meyangkal kesedihan dan berpura-pura selalu bahagia. Kehidupan yang dijalani setiap orang memiliki warna warninya tersendiri. Ada kalanya bisa merasa bahagia dan puas, terkadang juga  bisa merasa sedih dan kecewa.

Jika  terjebak dalam toxic positivity hingga merasa kualitas hidup sampai terganggu, janganlah ragu untuk berkonsultasi dengan Hipnoterapis yang dipercaya untuk kembali memulihkan bathin yang pura pura bahagia itu. (*)