Rubrik Power of Mind Radar Bali : Akhiri Silent Treatment dengan Komunikasi
Edisi Minggu, 22 Januari 2023
Ditulis Oleh :
Santy Sastra (@santysastra)
Putu Suprapti Santy Sastra, SH., CHt., CI
Indonesia's Mindset Motivator
SILENT treatment atau perlakuan diam adalah sikap penolakan untuk berkomunikasi dengan seseorang. Sikap ini sering dianggap sebagai tindakan manipulasi emosional ataupun kontrol.
Ketika mengalami konflik dengan seseorang, beberapa orang mungkin lebih memilih untuk diam serta menghindar dan memutus komunikasi dalam beberapa waktu.
Silent treatment sebagai sikap ketika seseorang lebih memilih diam dan mengabaikan orang yang sedang berkonflik dengannya.
Perilaku ini tidak termasuk sikap yang dilakukan sementara meredam emosi, menenangkan diri, melainkan dalam jangka waktu lama.
Perilaku ini dapat terjadi pada keluarga, teman, pasangan, atau rekan kerja. Tidak hanya konflik, silent treatment juga dapat digambarkan saat korban pelecehan tidak ingin membicarakan apa yang tengah dialaminya kepada orang lain.
Biasanya bertujuan melindungi diri serta mencegah terjadinya tindak kekerasan atau berbagai ancaman dari pelaku. Selain itu, silent treatment juga dapat muncul sebagai bentuk reaksi ketika seseorang merasa frustasi dalam menghadapi suatu masalah. Namun, begitu situasi sudah terkendali, sikap ini pun dapat hilang dan orang tersebut dapat kembali diajak berkomunikasi seperti sedia kala.
Silent treatment merupakan perilaku di mana salah satu pasangan dalam suatu hubungan mengabaikan pasangan dan benar-benar berhenti mengakuinya melalui berbagai bentuk komunikasi.
Silent treatment biasanya juga terjadi setelah sebelumnya beradu argumen yang intens antar individu. Umumnya, target dari perilaku silent treatment sering tidak menyadari konflik yang terjadi karena pihak lainnya belum mengomunikasikan dan diam saja.
Perilaku ini sendiri tidak hanya terbatas pada hubungan antara wanita dan pria saja, namun bisa juga terjadi antara orang tua dan anak, teman, maupun rekan kerja.
Silent treatment adalah suatu bentuk penolakan untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain. Silent treatment dapat dikategorikan sebagai salah satu jenis kekerasan emosional terhadap pasangan.
Orang yang melakukan silent treatment biasanya menolak mengakui keberadaan orang lain. Silent treatment menjadi alat ketika seseorang menggunakannya untuk memanipulasi serta mengontrol orang lain.
Penelitian menyatakan bahwa silent treatment yang terjadi dalam sebuah hubungan cenderung menimbulkan perselisihan, karena tidak memiliki kesempatan untuk membahas dan menyelesaikan setiap masalah yang ada.
Masalah yang terus menumpuk dan berlarut-larut akhirnya akan menjadikan hubungan tersebut menjadi toxic atau tidak nyaman untuk kedua belah pihak, kurangnya keintiman, adanya komunikasi yang buruk, bahkan kemudian akan berakhir dengan perpisahan.
Efek Silent Treatment untuk menyelesaikan konflik bukanlah suatu cara terbaik, pasangan pria dan wanita sendiri umumnya memiliki kecenderungan yang sama untuk melakukan hal tersebut.
Untuk menghindarinya, komunikasi yang jelas merupakan hal yang terpenting agar hubungan kemudian tetap berjalan dengan sehat. (*)