Rubrik Power Of Mind Radar Bali : Wajarkah Rasa Takut Ini Terhadap Virus Corona?


Rubrik Power Of Mind Radar Bali : Wajarkah Rasa Takut Ini Terhadap Virus Corona?
Edisi 26 Maret 2020

Pertanyaan :

Ibu Santy yang terhormat, saya seorang ibu dengan dua orang anak balita yang kebetulan membantu suami mengelola usaha, mungkin sama seperti yang dialami oleh orang-orang lain pada saat sekarang sedang merasa takut, cemas dan perasaan yang benar-benar tidak nyaman apalagi dengan segala keputusan yang berat mesti harus merumahkan banyak karyawan dalam situasi yang tidak menentu karena virus corona , wajarkah rasa ketakutan ini ? Apalagi semakin menonton telivisi atau membaca media social tentang virus corona, perasaan saya semakin tidak nyaman, wajarkah itu ? Semoga jawaban ibu bisa melegakan saya dan juga para pembaca Radar Bali lainnya

Kartika – Gianyar

Jawaban :

Terima kaish Kartika, sebelumnya mari kita samakan dulu  pengertian tentang cemas dan takut.

Pernah merasakan perasaan galau karena suami yang tak ada kabar lalu muncul pikiran-pikiran aneh ? Atau pernahkah enggan melewati suatu jalan karena terkenal adanya pemuda-pemuda bertampang sangar  ala preman nongkrong di pinggir jalan? 

Tahukah Anda kejadian apa yang disebut cemas dan peristiwa yang dinamakan takut? Kedua peristiwa tersebut walaupun menimbulkan perasaan tak nyaman yang sama dalam diri, namun keduanya berbeda. Kejadian pertama, galau karena tak ada kabar, disebut dengan cemas. Sedangkan kejadian kedua yang terkait dengan preman, disebut takut. 

Cemas itu sebenarnya ketakutan dengan sesuatu yang tidak jelas, sedangkan takut memiliki sumber ketakutan yang jelas ada di depan mata.  Kecemasan lebih bersifat irasional karena tidak memiliki alasan ataupun objek ketakutan yang jelas, didalam pikirannya. Sedangkan takut bersifat lebih rasional karena memiliki objek yang nyata.

Kecemasan ataupun ketakutan sebenarnya adalah hal yang wajar, namun akan menjadi berbahaya bila kecemasan tersebut tak dapat ditangani secara baik. Dengan kecemasan yang di luar kendali seperti depresi, dapat mengganggu fisik hingga fungsi saraf otonom.

Yang perlu dipahami bahwa daya tahan tubuh kita jauh lebih penting sehingga tidak bisa mempan dengan oleh virus apapun termasuk corona yang merajalela di dunia

Jumlah orang terpapar virus Covid19 yang tidak menjadi sakit, jauh lebih banyak daripada orang terpapar virus dan menjadi sakit..



Karena virus baru bisa aktif dan berkembang biak kalau daya sistim imun kita lemah atau orang yang mengalami gangguan kelemahan sistim imun

Masker, handsanitizer, social distance, hanya mengurangi resiko terpapar, bukan meniadakan karena virusnya tetap ada disekitar kita.

Jadi bersyukurlah kalau kita tidak menjadi sakit, artinya daya tahan tubuh kita masih optimal.

Kurangi mempercayai atau meyakini informasi yg belum tentu benar adanya, dimana hal itu akan membuat kita semakin kepikiran, semakin panik, semakin bingung, semakin stresss.

Marilah kita luangkan waktu sejenak untuk memejamkan mata, fokuskan pada kesehatan kita dengan memberikan afirmasi atau sugesti positif:

Saya selalu bersyukur...

Saya semakin sehat...

Semakin kuat...

Semakin bahagia...